Sabtu, September 08, 2007

berharap juara ke dua

Berharap Juara Ke Dua
Alhamdulillah akhirnya selesai juga esai kepemimpinan pemuda untuk kusertakan dalam lomba. Dimulai dari kabar yang kudapat dari Depo, aku sudah mencari gagasan yang ingin aku tulis. Setelah menemukan gagasan isi, aku berjuang menemukan gagasan bentuk.
Menulis esai ternyata lebih susah dari nulis cerpen. Aku harus mencari artikel atau buku untuk menambah pengetahuanku sebelum menuangkan gagasan. Syukurlah aku banyak dibantu oleh google.co.id hingga menemukan banyak artikel yang memperkaya, meski tak semua artikel itu berkenaan langsung dengan tulisanku.
Sebelumnya, aku berdiskusi dengan Mas Den, mantan ketua FLP Pekalongan. Beliau banyak memberiku masukan. Meskipun satu masukannya tidak aku terapkan, yakni: memasukkan agama (Islam) sebagai warna tulisanku. Dalam arti, karena menurut beliau lomba ini diadakan FLP yang notabene islami, maka aku sebaiknya mengusung tema ‘kepemimpinan islami’, yang menurutku akan berbeda makna menjadi ‘esai kepemimpinan pemuda islami’.
Tapi kupikir, karena lomba ini terbuka untuk WNI tanpa embel-embel agama, maka aku merasa tidak masalah jika yang kuangkat adalah kepemimpinan pemuda Indonesia secara universal. Dan itulah yang kulakukan.
Kalaupun kelak memang yang dimaui penyelenggara seperti gambaran Mas Den, biar saja. Pada prinsipnya, aku hanya ingin ikut bicara tentang apa yang kuyakini dan dengan cara bicaraku.
Jadi, dengan segenap kebanggaan akan keberhasilan menuangkan gagasan dalam tulisan, kupersembahkan karya itu untuk dinilai para juri yang terhormat. Dengan disertai doa, semoga bisa menjadi juara ke dua.
Juara ke dua? Kenapa tidak berdoa semoga menjadi juara pertama, sih?
Bukan karena pesimis, kok. Aku hanya merasa, terlalu ribet kalau juara pertama. Bayangkan jika aku diminta ke Jakarta seorang diri, bisa-bisa aku hilang di rimba beton sana. Aku selalu bingung dan panik berada di tempat asing apalagi rame, dan daya ingatanku lemah untuk orientasi ruang.
Aku takut. Sungguh. Silahkan saja kalau mau tertawa ngakak.