Selasa, Agustus 04, 2009

pengumuman kematian KRI


AKHIRNYA MATI JUGA….


Berita ini menyedihkan,
Tapi juga melegakan….

Baiklah, kematian adalah suatu titik dimana masa hidup itu berakhir. Semua orang lebih menginginkan hidup dari pada mati tapi seringkali tergeragap ketika ditanya “untuk apa kehidupanmu?”

Ah, ya… kau bisa menjawab kehidupanmu untuk beribadah kepada Dia yang menciptakanmu. Tapi jika kau bersungguh-sungguh, benarkah itu yang kau inginkan atau sekedar karena kalau tidak menjawab seperti itu maka kau akan dianggap tidak religius?

Baiklah, ini bukan tentang kau, atau aku. Ini tentang sebuah wadah bernama KRI. Yang sekarang telah mati. Dan kita tidak perlu mengenangnya seperti kematian-kematian orang-orang terdekatmu. Karena KRI bukan apa-apa, dan memang ada untuk tdk menjadi apa-apa.

Untuk apa KRI hidup? Tidak untuk apa-apa selain kepongahan bahwa kita punya visi, punya misi, punya tujuan tapi tidak punya tindakan dan semua itu omong kosong. KRI adalah kepongahan seorang ave yang merasa bahwa ada banyak teman-teman lain yang ingin bersama saling berbagi, saling menyemangati, saling belajar…. Kepongahan itu terbukti tak ada yang mau mengisi blog KRI yang sedianya untuk saling berbagi bersama, tak ada yang mengajak bertemu untuk saling bercerita, tak ada yang bertanya berapa karyamu yang kau tulis bulan ini, dikirim ke mana, bagaimana kabarnya, ada informasi apa….

Yang ada hanya batu.
Batu-batu yang diam membeku di ujung waktu.
Berharap keajaiban memecah seperti ketuban.
Dan lahirlah ia: kata-kata yang menjelma dalam tautan.

Kematian ini sobat, kuceritakan karena seperti tadi kubilang, meskipun menyedihkan, namun kematian adalah melegakan. Karena ini berarti ave menyadari kepongahannya. Karena ini berarti dia tahu imajinasi ada dalam kepala-kepala yang tak perlu dikumpulkan. Imajinasi biarkan berkelana sendiri-sendiri tanpa perlu mengusahakan ruang untuk bercengkrama karena ia bebas dan merdeka dan tak perlu saling menyapa kecuali sama menginginkan dan jika tidak ada yang menginginka menyapamu atau kau sapa kau tidak perlu gusar apalagi marah karena KAU BUKAN SIAPA-SIAPA. Kesadaran ini melegakan dan aku hanya perlu menulis apa saja sekedar untuk mengisi blog ini tanpa perduli apakah ini sesuai dengan KRI atau tidak karena blog ini memang semacam rumah suwung dan aku sendirian menghuninya.

Kematian ini melegakan karena aku yakin, dengan matinya KRI akan tumbuh kreatifitas kita yang tidak lagi terbelenggu tetek bengek entah teteknya siapa yang bengek tapi organisasi membuat tetek-tetek kita jadi bengek.

Jadi marilah kita ikrarkan kematian KRI ini dengan sebuah sumpah: “Aku bisa kehilangan kreatifitas dengan kematianku, tapi tidak dengan kematian KRI”.

Aku—sungguh—masih sangat ingin membaca karyamu. Kabari aku jika karya-karya teman-teman yang pernah menyempatkan diri menemani ave bercengkrama di KRI dimuat di media.

Jika kreatifitas kita mati juga, itu sangat tidak melegakan, tapi menyedihkan.
Dan ironis.
Karena kita berpikir kita bisa kreatif dalam jalan sepi.
Tapi sepi juga—meminjam lagu slank—yang membunuh kita.
Jadi,
Apakah engkau mati atau hidup, kau yang tahu.