(FOTO MENYUSUL....)
“Budi Maryono : Pengajaran Bahasa di Sekolah Gagal Total.”
“Pengajaran Bahasa di Sekolah gagal total,” demikian dikatakan Om Daktur, Budi Maryono dalam kunjungannya di Komunitas Rumah Imaji Pekalongan, Minggu (16/11).
Acara santai yang dihadiri lebih dari limabelas anggota komunitas itu memberi wacana baru bagi para guru Bahasa Indonesia khususnya dan seluruh civitas akademika pada umumnya.
“Lulusan SMA, seharusnya mampu menulis apasaja dengan bahasa yang baik,” tambah Om Daktur. Namun pada kenyataannya bahasa anak-anak SMA sekarang dinilai masih berantakan. Semua itu disebabkan karena gurunya telah gagal dalam proses pengajaran.
Hal itu ditanggapi langsung oleh Dra. Sri Kusmaniyah, guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Kajen. “Sebetulnya kami ingin mengajarkan sastra yang baik, karena dalam kurikulum juga ada bagaimana menulis puisi juga cerpen. Tapi durasi belajar di sekolah hanya dua jam setiap pekan. Bagaimana mungkin dalam waktu dua jam itu anak-anak bisa menyelesaikan 1 buah cerpen misalnya. Belum lagi tuntutan sekolah, yang harus mengejar materi-materi ujian nasional. Kami sebagai guru akan dianggap gagal juga jika banyak yang tidak lulus UAN.”
Menulis adalah sebuah proses, begitu kata Om Daktur. Sebuah komunitas seperti rumah Imaji perlu dikembangkan dis etiap kota sebagai sarana pembelajaran di luar kelas agar sastra membudaya. Suara Merdeka sudah memberikan fasilitas agar karya para remaja bisa dibaca lebih banyak orang.
Berkomunitas berarti berproses bersama, yang biasa menulis menularkan ilmunya pada yang lain, yang belum menulis diharapkan segera mengejar agar bisa menulis.
Redaktur halaman Suara Merdeka itu menginginkan adanya ‘Halaqoh Sastra’ ada dimana-mana. Karna dengan berkomunitas kita bisa mengalami editan orang lain, menuai kritikan dan pujian, mendapatkan ide-ide baru juga semangat untuk terus berproses menghasilkan tulisan.
“Bagaimana menjadi kontributor surat kabar, Om Daktur?” tanya seorang peserta.“Hal pertama yang harus dilakukan adalah menulis! Jangan mengandalkan bakat. Karena menulis adalah keterampilan.Yang kedua adalah terus belajar menghasilkan karya terbaik.”
Begitu acara selesai, Om Daktur bak artis dadakan dikerubuti penggemar dan wartawan amatiran.
(Yossi Maylani/Koordinator Forum Lingkar Pena Pekalongan)
keterangan: dikirim juga ke suara merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar