Rabu, Januari 07, 2009

QUO VADIS KRI?

QUO VADIS KRI?

Ahad (4/1/09) kemarin Siti Khuzaiyah ngajakin ketemuan di rumah Adi Toha alias Jalaindra. Melongok rumah baca yang namanya kulupa buat nanyain. Rumah baca itu hanya ada satu rak. Tapi buku-bukunya bikin ‘liur baca’-ku mengliur. Bukunya keren-keren. Meski sayangnya kulagi males buat pinjem (hal yang sebenarnya adalah kumales buat ngembaliin kalau minjem…J). Jadi begitulah, kucuma baca-baca sekilas di sela obrolan gayeng.

Siti Khuzaiyah ngungkapin kalau dia sebenarnya pingin nulis buat blog KRI ini tentang nasib KRI paska pernikahan sang koordinator alias diriku ini tapi takut aku tersinggung. Aku sih cuma ketawa aja dan malah bilang, “tulis aja gak pa-pa kok!”. Itu bagian dari demokrasi, kan?

Dan bahasa Jalaindra adalah: “Quo vadis KRI?” (moga gak salah nulisnya). Ketakutan KRI akan terbengkelai bukan hal yang berlebihan. Karena memang selama ini KRI masih melekat pada diriku meski aku selalu bilang: “KRI adalah kita, kita semua.” Dan meskipun aku menikah, aku tak ingin KRI mati begitu saja.

Kenapa KRI seperti jalan di tempat? Kurasa, alasan klise yang tampak adalah kurangnya rasa memiliki KRI itu. Jadi seolah KRI adalah one man show. Padahal apa sih yang bisa ave lakukan tanpa teman-teman lain?

KRI memang organisasi lepas, tidak mengikat anggotanya. Siapa aja boleh bergabung dan boleh hengkang. Siapa aja boleh berkontribusi dan boleh sekedar pingin tahu. Tapi sungguh, aku selalu ingin KRI bergerak dengan kita semua sebagai motornya. Posisi koordinator hanyalah sebagai perangkum dari kehebatan teman-teman semua.

Makanya KRI butuh teman-teman yang mau bersuka dan berela untuk mencurahkan pikiran. Karena sebagai rumah, KRI akan hidup dan rame dengan keberadaan penghuninya yang beraktifitas bersama.

Blog ini adalah wadah. Teman-teman diharapkan mengisinya dengan tulisan apapun sebagai bagian dari komunikasi kita. Kirim saja via imel ke rumahimaji@gmail.com. Dan kami akan menerbitkannya.

Dari perbincangan di rumah bacanya jalaindra itu kita kembali membicarakan kegiatan KRI. Salah satunya adalah keinginan menerbitkan selebaran penulisan kreatif yang akan menjadi wadah komunikasi yang nantinya dibagikan ke sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi penulisan kreatif lain seperti FLP Pekalongan.

Kami butuh bantuan teman-teman semua, baik menyangkut dana (kita patungan yuk!), tulisan (nggak lucu kalau selebaran itu kosong kan?), maupun pendistribusian.

Aduh … kok aku nggak bisa nulis yang lebih enak nih buat diposting kali ini. Ya udah lah, tunggu aja kabar selanjutnya.

Yang jelas, KRI belum mati selama kita semua masih menghuni dan berinteraksi di dalamnya.

2 komentar:

evan marshal mengatakan...

mana nih foto2 pesta perkawinannya jagoan kita, mas Aveus! ditunggu y mas :D

rumah imaji mengatakan...

selalu aja urusan poto gak pernah di upload karena komunitas rumah imaji belum punya kamera digital... he he he...