Minggu, 25 Mei 2008, aku diundang oleh kawan-kawan Komunitas Rumah Imaji Pekalongan, sebuah komunitas yang bergiat di ranah sastra di Pekalongan untuk berbicara dan sharing tentang "Menciptakan Atmosfir Sastra untuk Produktifitas Berkarya". Pertemuan kecil yang diadakan di rumah Bp. Khairul Huda di Doro itu dihadiri oleh Bp. Ghufron Muda, Ketua Komisi Sastra Dewan Kesenian Kota Pekalongan, suami istri Khairul Huda dan Ina Huda, yang keduanya adalah penulis Pekalongan, Aveus Har, penulis berbakat dan produktif dari Pekalongan, dan beberapa kawan dari Komunitas Rumah Imaji.
Aku berkenalan dengan Komunitas Rumah Imaji lewat sebuah pencarian tentang geliat sastra di Pekalongan lewat media internet. Google mengarahkan aku ke blognya KRI. Senang sekali ternyata di Pekalongan ada sebuah komunitas yang tengah bergeliat dengan semangatnya untuk membangun sebuah gerakan sastra di Pekalongan, terutama wilayah kabupaten. Sewaktu acara "Sastra Balik Desa" yang diadakan oleh Komunitas Hysteria Semarang 16-18 Mei lalu, aku baru bertemu muka dengan Aveus dan Fandi Hidayat, dua orang milisi KRI. Aku banyak mendapat gambaran tentang geliat sastra di pekalongan lewat obrolan dengan keduanya. Memang, meskipun aku berasal dari Pekalongan, namun selama ini aku berproses dalam sastra di Jatinangor. Ada semacam kerinduan dan panggilan untuk ikut membangun geliat sastra di kampung halaman sendiri. Untuk itulah aku sangat senang dan antusias ketika mengetahui bahwa di pekalongan ada KRI.
Di pertemuan kecil yang gayeng dan akrab itu aku didaulat oleh Aveus untuk sedikit berbicara tentang atmosfer sastra dalam hubungannya dengan produktifitas berkarya. Wah, aku sendiri sebenarnya tidak begitu mumpuni untuk berbicara tentang itu. Aku belum begitu banyak berkarya, karya-karyaku yang ada pun belum seberapa, baik kuantitas maupun kualitas. Akhirnya, aku sedikit sharing pengalaman dan proses kreatif saja. Aku malu sebenarnya, apalagi berbicara di depan Pak Ghufron dan Pak Huda yang tentu saja jauh lebih berpengalaman daripada aku.
Komunitas Rumah Imaji, dalam usianya yang baru beberapa bulan, telah berhasil membuat sebuah buku Bunga Rampai Sastra Remaja Kabupaten Pekalongan, bekerjasama dengan Dewan Kesenian Daerah (DKD). Sebuah prestasi yang layak untuk dibanggakan. Dengan adanya buku tersebut aku pikir bisa untuk menumbuhkan minat remaja terutama siswa sekolah di Pekalongan untuk menulis. Sungguh, aku salut dengan kerja-kerja mereka.