Begitu banyak hal yang belum tersingkap dari bilik kehidupan. Dimana ia adalah tempat kita belajar untuk memahami serta memaknai setiap gerak dari raga yang bernafas. Begitu pula halnya denganku yang selalu menjiwai hidup dengan menakar udara bersih yang berdesakan memenuhi rongga hidung sambil tersenyum. Maka dari situlah aku akan membagi tafsirku kepada jiwa yang malang yang mati dalam kehidupan.
Hidup ini akan menjadi terlalu sempurna manakala Tuhan tak mengirimkan hadiah kegetiran. Tapi jangan harap kesempurnaan itu ada untuk jiwa yang tak kekal karena sesungguhnya ukuran sempurna untuk kita ialah ketika kita sanggup merentas seribu getir dengan daya yang kita miliki.
Pernahkah kau ketakutan karena sepi? Jika itu yang terjadi, maka tunggulah aku yang akan menarikmu dari lubang sepi sembari kucerca kau dengan “Bodoh!” Perhatikanlah jemarimu…. Mengapa Tuhan menciptakan sela di antara jemari yang kerap kausiksa penuh benci untuk gagasan burukmu? Karena suatu saat Dia akan mengirim seseorang untuk menggamit tanganmu, memenuhi sela-sela itu, dan menggenggamnya untuk selamanya. Hingga terhapuslah sepi yang kausangka membebat hidupmu. Seperti aku yang hingga detik ini percaya bahwa cinta akan memayungi kehidupan sampai suatu ketika aku terbangun di kala fajar seharusnya bersemi seraya berkata, “Ini telah senja.”
Jangan bertanya apa yang harus kaulakukan. Karena itu pertanda bahwa ada sebongkah galau pada kehidupan yang telah kautapaki. Ragukanlah masa depanmu! Karena ia hanya ilusi. Karena dengan begitu, kita dapat memimpin hari ini. Tapi jangan tinggalkan asa dengan perasaan tidak berdosa. Karena tanpanya, tak ada nyawa dari sekuntum do’a yang terpanjat untuk menaklukkan kesombongan. Kemudian kita akan mengejar segala tujuan mulia meski kita sadar bahwa sejengkal langkah manusia adalah misteri.
Pada akhirnya, di setiap sudut hidupmu hanya tersisa bahagia sehingga tak ada bulir air mata pilu yag tumpah hanya untuk menyesali rencana-Nya. Seperti aku yang selalu berkata pada malam berkabut, “Terima kasih, kehidupan….”
Sabtu, Juli 26, 2008
Terima Kasih, Kehidupan…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar