Senin, Agustus 11, 2008

Ketika (Akhirnya), Cerpen Pertamaku Dimuat


Ketika (Akhirnya), Cerpen Pertamaku Dimuat
Oleh: T. Sandi Situmorang

Membaca cerita fiksi, terutama cerpen, merupakan hal yang paling saya suka. Saya tidak mengingat persis semenjak kapan saya menyukai hal tersebut. Hanya yang saya ingat, saya selalu meminta seorang kakak untuk meminjam majalah kumpulan cerpen remaja kepunyaan tetangga. Namun untuk menulis cerpen tidak pernah terlintas dalam benak. Sampai, pada pertengahan tahun 1991, saya membaca sebuah artikel pada salah satu majalah remaja terbitan Jakarta.

Dalam artikel tersebut dituliskan, honor sebuah cerpen pada majalah itu minimal Rp. 75.000. Sungguh saya terkejut. Saya tidak mengira honor sebuah cerpen bisa sampai semahal itu. Apalagi katanya, Rp. 75.000 itu merupakan harga minimal. Mereka berani membayar lebih jika cerpen itu memang bagus ( Sayangnya, sampai tahun 2003, honor di majalah tersebut tetap Rp.75.000. dan agaknya bukan harga minimal, melainkan harga mati)
Dari situ, saya tergelitik untuk mencoba menulis cerpen. Meski memakan waktu yang cukup lama, selesai juga sebuah cerpen.

Lantas, pada awal tahun 1992, cerpen tersebut saya kirim pada majalah berhonor Rp.75.000 tadi, dengan harapan besar akan dimuat. Namun demikian, saya bubuhkan juga perangko pengembalian secukupnya. Untuk berjaga-jaga kemungkinan cerpen itu tidak layak muat.
Asa saya bangun, bertambah tinggi setiap hari. Setiap membuka majalah terbaru, dada saya berdebar. Berharap cerpen yang saya kirim termuat di dalamnya. Demikian juga jika Pak Pos yang datang. Adakah cerpenku yang di-retour?

Bulan berganti bulan. Nasib cerpen yang saya kirim tetap tidak jelas. Namun demikian saya coba untuk menulis cerpen baru. Saya kirim lagi ke majalah yang sama. Namun nasibnya tidak berbeda dengan terdahulu. Dimuat tidak, dipulangkan juga tidak.

Putus asa sempat hadir dalam hati. Untungnya seorang abang terus memotivasi agar saya tidak lekas menyerah. Katanya, barangkali saja cerpen yang saya kirimkan itu menyangkut entah di mana, atau bisa jadi sedang antri untuk dimuat. Tiap membuka majalah edisi terbaru, saya hanya bisa menelan kekecewaan. Karena saya hanya menatap karya-karya orang lain di sana.
Sampai akhir tahun 1993, berkisar 15 cerpen telah saya kirim pada majalah yang sama. Namun semua bernasib serupa. Berlalu tanpa kabar. Padahal saya selalu menyelipkan perangko pengembalian lebih dari cukup.

Hal tersebut jelas membuat patah semangat. Dua tahun menulis namun tanpa hasil. Sempat terlintas niat untuk tidak lagi menulis. Tapi entah mengapa, di lain waktu niat untuk menulis muncul kembali.

Tahun 1994 awal, saya coba mengirimkan sebuah cerpen ke majalah remaja yang lain. Beberapa bulan kemudian saya menerima sebuah amplop berlogo majalah remaja tersebut. Saya buka, ternyata cerpen saya dikembalikan. Di sana dijelaskan di mana letak kekurangan cerpen saya itu.

Semangat saya terlecut, motivasi yang hampir redup bersinar kembali. Ternyata saya cerpen tidak dicuekin begitu saja. Jelas, dikembalikannya cerpen itu, membuat saya merasa sangat dihargai. Bukan seperti pada majalah remaja sebelumnya.

Dengan motivasi dan semangat baru, saya menulis lagi. Dalam satu amplop besar saya kirim 3 cerpen pada majalah yang telah berkenan memulangkan cerpen saya.

Sampai, pada akhir November 1994 saya membaca lembaran edisi yang akan datang pada majalah tersebut. Masih jelas saya ingat, di sana tertulis: …yang juga menarik adalah yang ditulis T. Sandi S., judulnya Jalinan Terlarang. Hem, kamu mesti baca, deh!

Saya kaget, terkejut dan surprise luar biasa, hingga membacanya berulang-ulang. Saya nyaris tidak percaya. Saya takut ini hanya sebuah mimpi. Tak sabar saya menantikan edisi terbaru majalah tersebut, hingga selalu saya menghitung hari. Sampai hari yang saya tunggu tiba, di sebuah toko buku saya buka majalahnya.

Di depan saya terpampang judul sebuah cerpen dengan nama saya di bawahnya sebagai penulis. Saya tidak bisa menjabarkan seperti apa perasaan saya ketika itu. Yang saya ingat, ternyata semangat dan motivasi yang harus saya pompa berkali itu, berbuah hasil yang sangat manis juga.

* * *

Biodata Penulis:
T. Sandi Situmorang, lahir di Hutaraja, Sumatera Utara, 10 Desember 1978. Cerpen pertama dimuat di majalah Anita Cemerlang. Lebih dari seratus lima puluh cerpen telah dipublikasikan pada sejumlah media, diantaranya: Anita, Aneka, Kawanku, Keren Beken, Ceria Remaja, Cinta, Kompas Anak, Suara Pembaruan, Teen, Jurnal Nasional, dll. Buku yang sudah terbit berjudul Cewek Matre ( Penerbit Andi, 2007). Cerpennya juga termuat dalam Antologi Cerpen Koran Medan ( Dewan Kesenian Medan, 2006), Komunitas Sastra Indonesia: Catatan Perjalanan ( Tangerang, 2008) dan sebuah cerpen remaja juga termuat dalam buku Bahasa Indonesia untuk kelas dua SMP, Penerbit Erlangga. Kini tinggal di Binjai, Sumatera Utara.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wuih....jendela keluaran....

aku juga br mulai ngirim2 ni bg.Tp blum da yg terbit...
berjuang lg ag