Senin, Agustus 11, 2008

satu desember untuk rara

SATU DESEMBER UNTUK RARA

By: St. Khuzaiyah

Pagi ini masih seperti kemarin. Suasana kelas riuh. Siswa-siswi bergerombol di sudut pintu masuk dan di meja-meja favorit mereka (masing-masing gerombolan punya meja favorit sendiri sebagai basecamp mereka ngumpul. Ada yang di meja dekat pintu masuk, meja Olivia yang dekat jendela, Meja Dino yang paling stategis untuk ngelirik anak-anak Bahasa yang cantik-cantik, dll) Gerombolan itu membentuk gap-gap yang memisahkan antara siswa miskin dan melarat, siswa cantik dan kurang cantik (kalau nggak mau dibilang jelek), siswa pintar dan kurang pintar, siswa gaul dan siswa kuper, serta siswa aktif dan siwa pasif.

Aku menikmati kesendirianku di bangku paling belakang. Diantara gap-gap itu, hanya akulah yang menciptakan gap dengan anggota seorang saja: hanya diriku! Only one, not to others! Bukannya aku malas ngajak yang lain buat gabung di gapeku, tapi karena mereka sudah lari terlebih dahulu ketika mendengar namanya ku panggil. Kejam.

Yah, kalau orang bilang aku adalah orang yang harus dijauhi, mungkin ada benarnya. Walau aku tidak terima dengan sikap mereka. Kalau orang bilang aku adalah orang berpenyakit, mereka semua benar. Tapi sekali lagi kukatakan: aku tidak terima dengan sikap mereka! Boleh saja mereka mencerca orangtuaku, tapi mereka tidak berhak mencercaku. Boleh juga mereka menjauhi orangtuaku, tapi mereka tidak berhak menjauhiku. Sekali lagi tidak!

“Hey, Ra! Ngapain sih, dari tadi ngelamun terus,” Faza menepuk keras pundakku. Matanya mencoba mengorek serpihan layu yang berserakan di bola mataku.

“Eh, Faza. Tumben kamu berangkat siang. Biasanya jam setengah tujuh sudah standby di kelas,” ku coba alihkan perhatian Faza.


baca selangkapnya...

Tidak ada komentar: